Wednesday, 4 December 2019

Siapkah menikah? #1



Assalamualaikum, lama tak berjumpa via tulisan. Sudah sebulan aku tidak mencurahkan isi hatiku.
Aku nggak tau apa yang membuat aku menulis mengenai ini. Apakah ini karena aku ingin menikah? Hehe sebenarnya aku yakin bahwa ini adalah salah satu pertanyaan yang kalian ajukan disaat sedang membaca tulisan ku ini. Namun jika aku tanya kembali kepada kalian memangnya siapa yang nggak mau menikah? Bukankah menikah merupakan ibadah? 

Tenang tak perlu terburu-buru, yang penting semuanya terencana dengan baik dan matang.
Tapi kok ya, Terkadang kalau ada teman yang menikah, mereka kerap kali menanyakan 'kamu kapan'?
Hehehe yaampun ambyar hatiku. Ambyar mas. 
Mungkin kita hanya menunggu waktu yang tepat saja.
Karena bagi Allah menyatukan antara langit dan bumi saja mudah, apalagi menyatukan kita? *ehhhh

Intinya tinggal menunggu waktu yang tepat saja.
Mungkin ya, aku nggak tau yang akan datang kepadaku terlebih dulu jodoh ataukah kematian? Wallahu alam :)

Usia ku sudah menginjak kepala 2. Tepatnya sudah berusia 22 tahun. Jujur kalau di tanya kapan target menikah, aku akan menjawab 'sekitar di usia 24/25an' tapi mengingat sekarang ini semakin banyaknya pasangan yang hendak menikah di berbagai kalangan usia. Bahkan tergolong sangat muda. 19 tahun. Iya 19 tahun.
Ada juga yang di usia 25 tahun sudah memiliki 4 anak. Aku berbicara seperti ini karena aku pernah menemukan hal seperti itu. Saat ini, masyarakat menganggap bahwa menikah merupakan hal yang lumrah di semua umur, bahkan di usia yang belum matang untuk menikah.

Padahal nih ya, padahal...
Menurutku menikah bukan sesuatu hal yang mudah, bukan berarti aku harus mensegerakannya tanpa persiapan yang terarah. Menikah itu bukan hanya menyatukan antara aku dan dia, melainkan antara 2 keluarga juga. Menikah juga harus siap lahir dan batin. 
Lalu menikah juga bukan hanya sekedar upload foto mesra atau sekedar upload video kegiatan indah bareng pasangan halal.
Sebenarnya ada banyak hal lain yang harus dipersiapkan, terutama ilmu yang nantinya akan dibagi dan digunakan dalam mendidik anak, karena mendidik anak tak semudah kelihatannya. Karena nantinya kita akan menghadapi masa sulit dimana harus menyamakan persepsi dua kepala atau bahkan lebih, memikirkan bagaimana mengurus rumah tangga dengan baik.

Menikahlah karena kita memahami doi. Baik masa lalunya, impian dan harapannya. Tapi jujur aku sekarang nggak menemukan itu dalam diri kamu (curhat lagi) hehe abaikan.
Jangan menikah hanya karena kita sudah lama bersama, misal bersamanya selama enam tahun.. (pengalaman penulis hehe)
Terkadang ada hal hal yang sepenuhnya nggak bisa sepenuhnya di ketahui, tidak peduli berapa lama kamu bersamanya.
Setelah sekian lama menjalin hubungan, usia semakin matang, dan pekerjaan pun mulai mapan, maka keinginan untuk meningkatkan hubungan ke status yang lebih tinggi, yaitu pernikahan pun pasti ada . Rasa ragu, takut, khawatir . Bertanya-tanya dalam hati.
'Benarkah ia jodoh untuk aku?'

Wajar menurutku kalau ragu, karena pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting yang di lakukan sekali seumur hidup.

Sebenarnya, apakah alasan mengapa kita ingin menikah?

Terkadang aku merasa ingin seperti orang-orang misal agar lebih mudah kita membayangkan nya kita beri contoh artis saja ya, banyak kan artis yang menggelar pesta pernikahan sangat begitu mewah. 'Aku sekilas mengatakan, yaAllah, semoga suatu saat nanti aku bisa gitu nikahnya' siapa yang seperti itu juga mikirnya? Hehe (jangan di tiru ya)
Tapi setelah ku pikir berulang kali, nikah bukan hanya sekedar menggelar pesta pernikahan mewah yang berlangsung hanya semalam. Tapi pertanyaan setelah itu adalah 'bagaimana kita melanjutkan kehidupan sebagai pasangan menikah agar bisa bertahan.'
Kita juga jangan hanya merencanakan untuk satu hari saja, melainkan untuk sisa hidup bersama pasangan kita.
Karena jangan menyamakan bagaimana kehidupan kita dengan orang lain, semua ada proses dan alurnya masing-masing.

Ya memang ya gak bisa di pungkiri, terkadang kita hanya melihat dari sisi enaknya saja. Karena memang kebanyakan yang di perlihatkan dari mereka yang sudah menikah hanya satu dari sekian banyak sisi. Kita belum tentu tau apa yang terjadi sebenarnya.

Mama pernah sesekali nanya, gimana kamu sama dia teh? Dia serius gak sama kamu? Kok nggak pernah kesini lagi?
Dari semua pertanyaan itu sepertinya mamahku sangat bersemangat untuk membahas ini. Entah karena rasa khawatir tentang status aku saat ini atau apa yang bisa membuat mama menjadi seantusias itu. Tidak biasanya seperti itu. 
Kemudian sambil menatap layar ponselku aku menjawab semampu yang ku bisa.

'Iya ma. Dia sibuk. Makanya jarang kesini.'

Aku sebenarnya bingung saat mama membahas hal tersebut, akhirnya jadi kepikiran.

Apakah memang sudah seharusnya aku menikah di usia segini? Atau ini hanyalah sekedar efek sementara dari banyaknya undangan pernikahan yang seumuran denganku? Atau karena mamahku tau bahwa aku sudah lama dekat dgn 'doi' ini sudah lama. Jadi mamahku khawatir dengan anak perempuannya

Mah aku masih 22 tahun. Hehe

Kalau aku menikah nanti berarti aku nggak bisa tinggal bareng mamah lagi dong, aku aja terkadang masih belum bisa mengurusi diri aku sendiri. Hmm

Jika ditanya siap atau tidak? Sepertinya aku belum bisa menjawab ini. Seolah masih ada satu atau dua tahap lagi yang harus aku jalani, apapun itu, mungkin hanya Allah dan waktu-Nya yang akan mengarahkan aku.

Menikah itu. Hmm menurutku pasangan harus saling terbuka satu sama lain, termasuk soal keuangan. Menerima kekurangan dan kelebihan pasangan masing-masing.
Tidak peduli seberapa lama telah berpacaran, kita perlu tahu pasangan luar dalam.
Apakah kita sudah yakin bahwa pasangan kita sekarang adalah orang yang terbaik untuk dijadikan pasangan hidup kita. Pacaran lama bukan jaminan kalau doi pasti akan jadi pasangan hidup yang layak untuk kita.
Sudah cukup mantapkah kita dengan pilihan saat ini? Ataukah kita merasa tiba-tiba ragu dengan pasangan kita?
Nggak salah kok jika kita masih menyisakan keraguan pada doi, dengan begitu kita bisa lebih banyak mencari tahu dan memahami pasangan kita. (((Kayak kamu ya yang sedang ragu sama aku) gapapa jangan memaksakan diri kamu untuk menikah kalau kamu sendiri masih belum cukup yakin dengan pasangan aku sekarang. Banyak hal yang harus kamu pertimbangkan dalam mengambil keputusan. (Hehe curhat lagi aku))).

Jika pasangan kita masih merasa ingin melakukan banyak pencapaian dalam karirnya, kita tak perlu khawatir dan terburu-buru untuk memutuskan menikah. Raihlah dulu apa yang sudah menjadi impian doi. 


Aku menulis ini merupakan dari sudut pandangku aja.
Sudah malam. Jam menunjukan pukul 23:27. Itu berarti sudah waktunya aku tidur.
Selamat malam. Jangan lupa bahagia.
Salam,
Rahmah.

0 comments:

Post a Comment