Hm.. jujur. Aku ngga tau harus memulai dari mana. Tapi yang pasti hampir setiap malam aku suka nangis sendirian. Seperti saat ini. Lagi dan lagi.
Astaga. Rasanya sesak. Seolah oksigen dalam sekitar aku lenyap begitu saja. Nafasku tervekat di tenggorokan. Duniaku seakan luruh di hadapanku.
Banyak. Banyak sekali yang aku pikirkan. Sungguh hatiku terasa nyeri. Aku membuang nafas kasar. Sesak bergumul dalam dadaku. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku, mendesak diriku agar menumpahkan nya segera.
Dalam keremangan lampu kamar, aku semakin menyadari bahwa semakin susah payah mengatur napas. Aku mencengkeram seprei kasur ku kuat-kuat. Berusaha untuk tetap tenang.
Namun seakan gelap berkonspirasi dengan perasaanku. Pada akhirnya, air mata yang kutahan sejak tadi luruh seketika tanpa bisa ku cegah. Tangan ku yang mula nya mencengkeram kuat seprei, terkulai seketika. Tenggorokan ku tersekat, dan pada akhirnya aku tau bahwa sedih nya aku malam ini terjadi seperti biasa.
Sebenarnya apa tujuan aku di ciptakan?
Mengapa tuhan sama sekali belum mengizinkan aku untuk menerima kebahagian?
Mengapa sebagian orang di sekitar ku bisa dengan mudahnya memperoleh apa yang ia inginkan ? Apa yang terjadi?
Keluarga ku mengapa menjadi hidup seperti ini ya tuhan.
Kecewa ? Banget.
Tapi aku harus melampiaskan nya dengan siapa? Siapa pula yang harus aku salahkan dengan kondisi keluarga ku yang sudah 5 tahun seperti ini?
Bapak aku sakit. Sedih banget ya tuhan. Sakit sekali. Seperti ada sebuah pisau yang menghujam tepat sekali di hatiku. Bagaimana tidak?
Bapak aku yang menjadi tempat sandaran bagi istri dan anak-anak nya, justru sekarang malah terkulai lemas tidak berdaya. Di saat bapak aku berusaha tak kenal lelah bekerja untuk anak dan keluarga nya. Lalu, di saat itu pula di patahkan begitu saja atas setiap usaha nya. Memaksa ku untuk menyadari dengan kenyataan yang sangat menyakitkan, bahwa ternyata usaha itu seakan sia-sia.
Usaha nya tidak berarti apa-apa.
0 comments:
Post a Comment